Sabtu, 05 Desember 2009

Jumlah Kendaraan Memang Perlu Dibatasi

Minggu, 6 Desember 2009 | 05:12 WIB
 

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk memperoleh kualitas udara yang lebih baik, penggunaan kendaraan memang perlu dibatasi, terutama kendaraan yang dibuat pada tahun 1970-an dan sebelumnya.

Kendaraan berusia tua dianggap sebagai salah satu penyumbang polusi udara terbanyak. Pasalnya, sistem pembakaran kendaraan tua itu tidak sempurna sehingga mengeluarkan lebih banyak emisi.

Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta menyampaikan itu saat menghadiri acara Green Festival 2009, Sabtu (5/12) di Parkir Timur Senayan, Jakarta.

”Mudah-mudahan tidak ada yang marah. Jumlah kendaraan dibatasi dengan melarang kendaraan tua agar emisi berkurang,” kata Gusti.

Pembukaan acara ini juga dihadiri Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.

Pembatasan kendaraan di jalan, kata Gusti, perlu strategi kreatif. Pemberlakuan kebijakan three in one di ruas Jalan MH Thamrin-Jenderal Sudirman, Jakarta, misalnya, tidak menyelesaikan masalah. Kemacetan tetap saja terjadi karena volume kendaraan tidak berkurang.

Kebijakan hari bebas kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan utama di Jakarta juga belum efektif karena hanya berlaku rutin satu hari dalam satu bulan. ”Ke depan akan ditingkatkan lagi, misalnya rutin dua kali sebulan,” kata Gusti.

Ketua Panitia Green Festival 2009 Nugroho Ferry Yudho mengatakan, di dunia terdapat sedikitnya 880 juta kendaraan yang lalu lalang di jalan. Artinya, satu dari tujuh orang di dunia memiliki kendaraan berbahan bakar fosil sehingga menaikkan suhu bumi. Bukan hanya itu, asap yang dikeluarkan kendaraan bermotor pun mengandung paling tidak 1.000 unsur beracun. ”Sektor transportasi menyumbang 24 persen emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Belajar dan bermain

Akibat suhu bumi yang naik, es di kutub mencair, permukaan air laut naik, banjir, kekeringan, badai, dan gelombang panas. Suhu bumi yang baik itu juga menyebabkan lebih dari 40 persen fauna bermigrasi, sebagian flora musnah, dan ekosistem laut rusak. Informasi mengenai pemanasan global dan isu lingkungan hidup yang lain melimpah di arena Green Festival 2009.

Kampanye peduli lingkungan yang mengangkat isu pemanasan global itu disampaikan melalui permainan dan pengalaman yang bisa dirasakan langsung. Untuk memberikan pemahaman tentang kondisi bumi akibat pemanasan global, misalnya, pengunjung memasuki area Terowongan Pengalaman. Di dalamnya ada konstruksi es mencair lengkap dengan gambar dan suara bongkahan-bongkahan es yang mencair. Dari suasana kutub, pengunjung diajak ke tengah hutan gundul dan gersang. (LUK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar